11.05.2014

Penting Nggak Penting Medsoc

Medsoc Yang Efektif

Punya banyak medsoc memang bisa jadi punya banyak keuntungan. Terutama kalau urusannya buat publikasi dan memperluas koneksi. Tapi juga bukan berarti nggak bertambah masalah sih ya. Karena bisa jadi alih-alih kita memperluas jaringan dan mendekatkan interaksi, yang ada malah menimbulkan banyak potensi konflik kalau kesabaran berbanding terbalik dengan keinginan eksis bersosialisasi. Belum lagi kalau punya banyak akun medsoc akhirnya menjadikan perhatian kita terkuras pada layar monitor kehidupan sosial yang arus informasinya begitu deras dan padat. Tanpa sadar akan banyak kegiatan yang terkikis waktunya, dan perasaan tak menentu yang mungkin ikut mengiringinya.


Lucunya, seringkali daftar teman yang ada pada satu akun medsoc kemudian terdaftar lagi di akun medsoc lainnya. Kalo dipikir-pikir buat apa juga ya?. Lalu lama-lama aku ngeh...kalo seseorang yang aktif di satu akun belum tentu aktif di akun lainnya (aka pilih2 akun aka cocok2an gitu kali yah). Sebagaimana diriku yang memilih cukup ber fb dan IG aja, oleh karena di fb aku bisa share info dakwah dan tulisan ringan, sementara IG aku bisa gunakan kalo hanya ingin share foto tanpa mau banyak cakap. Heheheee. 

Dulu pernah punya akun twitter, tapi nggak nyaman juga karena akun itu menurutku sebetulnya untuk kepentingan usaha atau penyebaran informasi yang sifatnya intens dan punya manfaat praktis untuk followernya. Sementara aku nggak punya kepentingan khusus untuk itu. So apa yang harus kushare secara intens? dan apa yang harus difollow?. Hingga pada akhirnya aku nggak menyesal dengan menonaktifkan twitterku entah mungkin sampai saat yang kuanggap tepat. Dari pada cuma dipake asal celetuk lalu tanpa sadar memancing emosi follower...bikin dosa dengan kalimat singkat lalu dengan gampang menyebar dan terlihat ke mana2 memancing keingintahuan follower lawan bicara dan lainnya (begitu bukan sih?) Haiyaaahh. 

Lanjut pernah punya path (apa maning ini ya?). Ikut latahan kepo de es be....tapi berujung nggak sreg juga lah. Koneksi dibatasi jumlahnya, sepanjang postingan kayaknya jadi cuma sekedar ngarep simbol-simbol hati aja wkwkwkwk, narsis bin caper banget ngerasanya. Kalo bener-bener untuk lingkungan keluarga besar is okelah...tapi prakteknya, teman suka nanya "punya path nggak?". Ya masa ga dikasih?. Terus ada yang menyarankan pake akun baru aja, bheuh sok artis ah aku dan buang waktu banget harus merespon banyak notifikasi dari banyak akun medsoc. Akhirnya akun path pun wassalam. 

Ada lagi google+, punya juga euy. Tapi kali ini dilink ke blog pribadi (terlink sebetulnya mah qiqiqii). Dan untuk karakter yang introvert seperti aku gini (haa gini introvert?), aku putuskan untuk mulai lebih luber di blog aja. Introvert kan juga manusia ...heuheuheu butuh media berkata-kata tapi tidak menimbulkan banyak respon intens yang monoton sebagaimana medsoc lainnya. Fb ok lah kalo mood berbaginya lagi tepat sasaran.   IG pun masih jauh lebih ok karena nggak perlu kata-kata cukup tantangan berbagi gambar saja. Dan blogg ini sepertinya still the best media deh buat berbagi cuap-cuap dan memacu target menulis lebih aktif lagi. 

Jadi kesimpulannya pilih medsoc yang sesuai kebutuhan aja, dengan niat murni berbagi tanpa haus perhatian apalagi haus gosip lapar kepo sama nasib dan berita dari orang lain. Ahh ngurusin aja yang di depan mata yah seperti berat badan kita apakah sudah ideal? lalu anak-anak kita apakah mereka sehat lahir bathinnya?, lalu pasangan hidup kita apakah masih cinta sama kita? xixixixii, dan juga apakah dapur kita menghasilkan makanan sehat untuk krluarga?, lalu bisnis kita apakah halal dan mencapai targetnya?. Satu lagi yang super penting, urusin ibadah kita apakah lebih banyak dibanding interaksi sosial kita di media? eleuuhh #tepok2 kening sendiri. 

No comments:

Post a Comment