11.05.2014

Jogging Track Di Tengah Kota

Taman Tasik TTDI, Malaysia (-)
Andai di Jakarta ada nggak cuma satu dua tapi beberapa. Tersebar taman kota di setiap kecamatan gitu ya. Sarana berganti suasana dari tegang ke rileks, dari sumpek jadi lega, dari gelap jadi terang, dari sempit jadi leluasa sejenak bernafas di udara terbuka. Apakah itu pagi sore hari biasa atau di akhir minggu saat nggak ada acara ke mana-mana. Lahan khusus menikmati alam terbuka yang pastinya dibutuhkan setiap manusia. Bisa meraba tekstur batang-batang pepohonan, menyentuh tanah atau rumput yang berlumuran embun, mencium aroma dedaunan yang bermacam-macam, terjamah sinar matahari sambil mengayun langkah kaki mensyukuri kesehatan yang masih diberikan.

Salah satu hal yang aku anggap berkah dalam perjalanan hidupku adalah kesempatan yang diperlihatkan Allah padaku betapa nikmatnya keleluasaan mendekati alam, dan nikmatnya kesendirian tanpa hiruk pikuk urusan yang menyita ketenangan, yaitu dengan menyinggahi taman-taman kota di kuala lumpur selama aku tinggal. Ada rasa kagum yang berulang kali mengusik hatiku bagaimana bisa di kota besar begini masih begitu dianggap pentingnya lahan terbuka yang diatur rapi dan dimanfaatkan sesuai kebutuhan warganya? sehingga tidak cuma satu dua tapi hampir di mana-mana ada taman besar yang dilengkapi pemandangan danau buatan, untuk masyarakat menggelar piknik, olah raga, bermain, atau bahkan merayakan syukuran ulang tahun dengan uniknya. Maha Besar Engkau..

Nggak begitu jauh dari tempatku tinggal, taman yang lebih menyerupai bukit itu adalah salah satu tempat hiburan alami yang biasa dikunjungi masyarakat terdekat setiap hari terutamanya pagi. Kebiasaanku setiap pagi sebelum belanja ke pasar yang jaraknya beberapa ratus kilometer dari taman tasik  (taman danau) itu, aku selalu menyempatkan berjogging sendirian lalu duduk menikmati cubitan matahari pagi di wajah dan telapak tanganku. Berbekal air putih, earphone atau buku, sudah cukup membuatku rileks menghabiskan sisa ngos2an sehabis lari-lari. Setiap orang yang datang lari pagi akan saling melempar senyum setiap kali papasan, wah senam wajah juga jadinya. Belum lagi di tengah taman ada pemandangan seru beberapa ibu-ibu paruh baya sedang berlatih pedang secara berkelompok. Ada lagi di sudut lainnya beberapa orang laki-laki tengah berlatih capoera. Atau pemandangan paling menarik lainnya adalah seorang kakek-kakek yang berjualan tali dan mengajarkan gerakan melenturkan badan menggunakan tali yang dia desain sedemikian rupa untuk digantungkan di pohon. Mendemonstrasikan pada pengunjung taman bagaimana gerakan yang baik untuk kelenturan tubuh (seru banget gerakannya seperti pemain akrobat). Aku sempat nyobain dan.....woww rasanya seperti ada beban terangkat dari badan ini padahal baru kenal satu gerakan dengan tali. Sayangnya di rumah nggak punya pohon buat nyantol tali itu jadi ya percuma juga mau beli.

Beberapa bangku dan alat olah raga yang mengelilingi taman itu, kulihat adalah hasil dari sumbangan (wakaf) warga sekitar yang concern dengan kenyamanan taman seperti itu di area mereka. Makin kagum deh aku sama kepedulian masyarakat sama hal-hal yang bermanfaat buat banyak orang. Hmmm kita di Indonesia kan mestinya bisa juga ya?
Walau bedanya mungkin, di taman tasik ini aku bisa ketemu keluarga besar monyet jinak yang bertebaran hampir di setiap sudut taman. Bahkan saking jinaknya, burung-burung dara pun nggak segan mendekat demi makan potongan roti bareng-bareng sama akang monyet. Anak-anak bisa leluasa main swaveboard atau roller board di sini, kecuali sepeda.
Bukannya nggak difasilitasi, tapi justru area khusus bersepeda juga sudah disediakan sendiri sesuai kebutuhan medannya. Naik turun bukit euy....(pernah nyoba dan rada mikir ulang mau ke sana lagi). Faktor napas yang udah lama nggak terlatih dibantai jam olahraga, bikin aku kewalahan sama medan bersepeda yang top banget nggak ada duanya.

Alhamdulillah ya anak-anakku sempat mengenal bagian kehidupan seperti ini. Dengan harapan suatu saat mereka bisa mewujudkan sebuah taman besar di tengah kota tempat mereka tinggal, untuk dinikmati bersama warga sekitarnya. Supaya ngemall bukan lagi satu-satunya tempat hiburan favorit keluarga melainkan alam terbuka yang artistik dan bisa berinteraksi dengan hewan alam sambil menyehatkan anggota badan. Dan cafe bukan lagi satu-satunya tempat berkongkow sekedar ngobrol atau meeting, tapi beralih ke duduk di meja-meja kayu beratapkan teduh pepohonan atau bale-bale dan rerumputan (wiiih pada rajin poto-poto an pasti). The real go green juga tho itu namanya?




No comments:

Post a Comment