Berani Karena Salah
Akhirnya aku panen lagi hasil pola asuh selama beberapa tahun belakangan. Nggak nyangka juga bisa terpanen secepat ini padahal usaha tanem bibitnya nggak sebegitu kerja keras. Mudah-mudahan karena udah tepat tertancap berakar dengan baik di kedalaman jiwa anakku.Jadi ceritanya pagi tadi pas bangun shubuh aku lihat Bintang sibuk banget berembuk sama Bunga soal baju apa yang bisa dia pakai dalam rangka event sekolah yang katanya jatuh pada hari ini. Ada informasi kalau tema penampilan siswa adalah kostum tokoh kartun untuk mufti week. Tapi berhubung sampai kemarin aku sibuk dengan para tamu istimewa yang berkunjung ke rumah, jadi kelupaan deh cek informasi soal baju yang harus dipersiapkan buat anak-anak. Sementara Bintang berusaha cari info sendiri karena waktu pengumuman minggu lalu dia sedang absen.
Tapi ya begitulah dua anakku itu, nggak suka bikin repot orangtua. Mereka sadar juga kalo mereka kurang cepat memutuskan jenis kostum yang akan dipakai. Walhasil begitu waktu mepet terbentur banyak tamu jadi susah kalo harus menyiapkan ini itu dadakan. Dan ujung-ujungnya mereka cari cara gampang aja, ambil stok baju bergambar yang ada di lemari tanpa perlu pake keributan atau pake bete karena kurang total berpenampilan.
Setahuku Bintang nggak ada pengumuman pakai kostum Senin ini, tapi salah satu teman Bunga bilang, murid primary tetap harus pakai kostum seperti murid secondary. So, Bintang pilih nurut kata teman kakaknya secara emang demen juga kayaknya dia ke sekolah bergaya nyentrik. Bahkan tanpa malu rambutnya dia olesi gel sampai jabrik semua poninya. Lalu berjalan kaki ke sekolah 15 menit kemudian setelah kakak berangkat duluan.
Sorenya.... Bintang pulang sekolah ketawa geli nyamperin aku di kamar. Dia bilang, "Aah ternyata hari ini bukan costume day Mi, aku salah", kulihat ucapannya itu tak diiringi nada kekesalan sedikitpun. Sementara si kakak pagi tadi setibanya di sekolah berusaha update info by email ke adik supaya menanggalkan kostumnya dan ganti pakai seragam skolah seperti biasa, sayangnya itu email nggak keburu kebaca.
Hal yang bikin aku takjub sore ini waktu kutanya Bintang, "Kenapa nggak balik aja ke rumah ganti pakai seragam kalo kamu lihat temanmu pada nggak pakai kostum-kostuman ?" (kebetulan letak sekolah cuma di seberang persis rumah).
Bintang jawab, "Buat apa Mi? malah bikin lama nanti aku terlambat. Lagian aku nggak apa-apa liat temen nggak pake kostum ya biasa aja walau cuma aku sendiri yang aneh di sekolah tadi....hihihii"
"Guru kamu negur kamu gak?" - "Enggak, aku bilang kalo aku lupa aja"
"Terus, tetep bisa belajar kan kamu tadi?" - "Ya iyalah Mi masa cuma baju salah nggak bisa belajar?"
Wiih mangtep juga ini pujaan hati mami, masyaAllah....berkarakter sekali (bathinku).
Buru-buru kuacungi jempol, kuajak duduk sambil istirahat liat TV sambil ngebahas sikap berani dan konsekwennya dia tadi waktu menghadapi kesalahan manusiawi yang bernama lupitasari alias LUPA!!
Tapi intronya harus kucari dulu gimana aja sih perasaannya pas kejadian itu? lalu kunamai perasaan-perasaannya itu.
Setelah paham perasaan sama situasinya, plus keputusannya untuk nggak balik pulang, aku apresiasi dia dengan memuji logikanya di tengah situasi tak terduga (dia yakin kalo cuma perkara sesekali salah baju nggak akan bikin masalah besar di sekolah). Kupuji juga keberaniannya menghadapi perbedaan akibat kesalahannya sendiri. Biasanya sih sebagian besar orang akan nggak nyaman menjalani situasi aneh begitu apalagi sampai sepanjang hari. Malah bisa jadi saking takut dimarahi guru atau malu diledek teman, orang akan pilih melarikan diri menyelamatkan kebodohannya dengan resiko kehilangan hal yang lebih berharga yaitu, keberanian.
Kuberitahu anakku itu kalo aku sekarang lagi panen prestasi anak lelaki 10 tahun yang jiwanya tumbuh unik dan mampu membuat masalah pribadinya jadi mengecil. Begitulah semestinya sikap anak laki-laki pemberani yang easy going, nggak gampang diserang panic attack, juga nggak berniat menyalahkan orang lain karena kesalahan informasi yang diberi.
Aduh mami teh salut pokoknya sama adik Bint, moga-moga kamu paham yah kalau sikap itu harus dijaga sampai dewasa nanti.
Aduh mami teh salut pokoknya sama adik Bint, moga-moga kamu paham yah kalau sikap itu harus dijaga sampai dewasa nanti.
Lucunya lagi, sambil njegigis Bintang bilang kalo di sekolah tadi jadi ditanyain terus sama orang-orang kenapa dia pakai baju begituan? Yah jawabnya mah tetep ringkes apa adanya otak kiri laki-laki, "Aku salah dan ngga inget informasi soal kostum".
Hehehee....kebayang sih emang betapa anehnya anakku itu pake kostum funky sendirian di tengah seragam normal murid lainnya. Untung aja sang guru kelas yang kocak lagi bijak, memaklumi anak-anak dan nggak manjangin kesalahan muridnya. Betul-betul itu aku hargai banget sebagai sumbangan membentuk karakter easy going Bintang di kemudian hari.
Ternyata memang wajib deh menanamkan pada anak sedari kecil tentang sikap berani berbeda ketika harus berbeda atau ketika terpaksa berbeda, atau ketika tidak sengaja berbeda.
Tetap merasa bahagia dan nyaman jadi diri sendiri dalam situasi apapun adalah harta yang langka dan harus anak-anak kuasai untuk tumbuh ke arah jiwa pemimpin. Alhamdulillah sekian kali aku panen keunikan pada anak-anakku, belum pernah sekalipun mereka jadikan masalah makin rumit atau menganggap pola asuhku sebagai penindas karakter (waaakks).
Pada dasarnya, biasa mengalami berbeda bukan berarti harus selalu melawan arus dalam hidup bermasyarakat melainkan tegar dan logis ketika situasi tidak sebagaimana harapan.
Peribahasa berani karena benar, takut karena salah bukan artinya saat terjebak dalam kesalahan lantas cuma bisa takut dan saat merasa benar lalu berani petentengan. Yang lebih tepat seharusnya, beranilah bersikap benar dan takutlah sengaja berbuat kesalahan. Di luar itu, kalo terjebak dalam kesalahan yang tidak disadari justru sikap berani adalah jauh lebih dibutuhkan.
Bayangin aja kalo semua orang yang berbuat salah cuma bisa mengambil sikap takut thok, mereka nggak akan belajar BERANI minta maaf, nggak akan BERANI membetulkan keadaan, nggak akan BERANI mengakui kesalahan, nggak BERANI melihat ke dalam dirinya sebagai manusia yang masih punya akal budi dan potensi, bahkan mungkin nggak BERANI mengharap rahmat Allah sebagai satu-satunya penolong dari segala kesalahan manusiawi.
Lagi benar atau lagi salah....jadilah pemberani. Berbeda atau tidak....jadilah pemberani.
Seperti Bintang kecilku tadi pagi, udah jelas salah nge set penampilan tapi dia nggak panik atau lari, padahal bisa banget dia balik badan nyebrang pulang lalu bolos daripada telat ke sekolah cuma gegara harus ganti baju lagi. Dia pilih maju dengan berani bergaya jabrik di poni lengkap pakai kostum ala jagoan (haiyaah ala jagoan apa boyband ya tadi??). Yang jelas, sudah terlihat kamu lelaki kecil yang dipenuhi percaya diri nak..
No comments:
Post a Comment